Dari buku: Soe Hok Gie, Catatan Seorang Demonstran. LP3ES, 2005
– 11 November 1969
Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah.
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza.
Tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku.
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu.
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi.
Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra.
Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku.
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya.
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.
Mari sini sayangku.
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
Tegakklah ke langit luas atau awan yang mendung.
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
Kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak ‘kan pernah kehilangan apa-apa.
– Salem, 29 Oktober 1968
Saya mimpi tentang sebuah dunia,
Di mana ulama – buruh dan pemuda,
Bangkit dan berkata – Stop semua kemunafikan,
Stop semua pembunuhan atas nama apa pun.
Dan para politisi di PBB,
Sibuk mengatur pengangkutan gandum, susu dan beras,
Buat anak-anak yang lapar di tiga benua,
Dan lupa akan diplomasi.
Tak ada lagi rasa benci pada siapa pun,
Agama apa pun, ras apa pun, dan bangsa apa pun,
Dan melupakan perang dan kebencian
Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Tuhan – Saya mimpi tentang dunia tadi,
Yang tak pernah akan datang.
– Salem, 31 Oktober 1968
Saya kira saya ada di Jakarta kembali,
Datang dan bicara dengan manusia-manusia yang saya cintai
Tentang dunia yang semakin tua — atau tanah air yang kelabu
Atau tentang mimpi-mimpi kita (yang tak pernah akan datang).
Aku ingat kembali mata-mata mengantuk di rumah Uno
Jam duabelas malam, dan masih bicara
Tentang pertempuran-pertempuran yang tak bisa kita menangkan,
(Aku sendiri tak tahu — mengapa aku ikut serta)
Saya kira saya terbangun oleh kicau burung-burung gereja
Di pohon kelapa dan mangga dekat tempat tidurku
Atau terbangun karena nyamuk dalam kelambu.
Jakarta—
Aku yakin aku cinta padamu
Jalan-jalanmu yang ramai di siang hari
Dan tukang-tukang soto, pohon-pohon asem dan tanjung
Kemarin malam saya pun terbangun dari tidur
Mendengar gemercik hujan yang menderap seperti di rumahku
Aku kira aku di Jakarta kembali.
(jam 08.00 pagi)